Iklan

PAGI YANG PENUH SENYUM SEMANGAT DI GERBANG SEKOLAH

Friday, October 31, 2025, 5:32 PM WIB Last Updated 2025-11-01T01:34:56Z




Oleh: Saiful Arif,M.Pd.

Kepala Sekolah SMPN 17 Malang


Pagi ini cerah diselimuti mendung. Hawa terasa sejuk sisa hujan deras semalaman, sementara sinar matahari malu-malu mulai menembus celah pepohonan di halaman sekolah. Suasana di depan sekolah terlihat sibuk, hilir mudik kedatangan siswa. Ada yang diantar orangtua dengan sepeda motor, ada yang menggunakan kendaraan ojol, ada siswa yang jalan kaki karena rumahnya dekat sekolah, beberapa siswa terlihat turun dari sepeda pancal menuju tempat parkir siswa.


Di gerbang dalam sekolah tampak satu pemandangan yang tak pernah absen dan selalu menghangatkan: barisan Bapak dan Ibu Guru yang siap menyambut kedatangan siswa, tentunya mereka menyempatkan hadir lebih awal sebelum siswa datang. Mereka bukan hanya penjaga, melainkan duta pertama keceriaan dan kedisiplinan hari ini. Dengan sigap program 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) diimplementasikan untuk menguatkan karekter siswa.


Setiap siswa yang melangkah masuk disambut Bapak, Ibu guru dengan Senyum tulus dan sapaan akrab yang memancarkan energi positip pagi ini. 


"Selamat pagi, Nak!"

"Apa kabar hari ini? Semangat ya belajarnya!"


Sapa seorang guru sambil menepuk lembut bahu siswanya. Senyum dan sapaan itu seakan menjadi cahaya pertama yang menyinari semangat belajar anak-anak. Sapaan ramah dan jabatan tangan hangat (salam) mengalir bergiliran, memastikan setiap anak merasa dihargai dan siap memulai hari dengan hati gembira. Satu persatu siswa menjawab salam dengan sopan, malah membalas mencium tangan, sebuah kebiasaan yang menumbuhkan rasa hormat dan keakraban antara guru dan siswa. Inilah praktik nyata menanamkan nilai Sopan dan Santun sejak detik pertama mereka menginjakkan kaki di lingkungan belajar.


Ada juga kejadian menarik ketika siswa bergiliran bersalaman. Terlihat seorang siswa berseragam lengkap menggendong tas di punggung tetapi tidak bersepatu melainkan memakai sandal. 


 Pak Guru : “Lho kenapa tidak bersepatu nak?”.

 Siswa : “Maaf, Anu Pak, sepatu saya basah kemarin kehujanan, belum kering”

 Pak Guru : “Nak, bagaimana caranya supaya sepatunya tidak basah saat hujan?”

 Siswa : “Sepatunya dimasukkan tas Pak!”

 Pak Guru : “Nah, kemaren apa sepatunya tidak dimasukkan tas?”

 Siswa : “Sudah Pak, tetapi air hujan membasahi tas, dan merembes ke sepatu saya”.

 Pak Guru : “Nak, lain kali bagaimana caramu agar sepatunya tidak basah saat hujan meskipun sudah dimasukkan tas?

 Siswa : “Sepatunya saya bungkus kresek, baru saya masukkan tas”

 Pak Guru : “Tapi tasnya kan tetep basah, lalu bukunya bagaimana juga basah kan?”

 Siswa : “ Ya sih Pak, kalau begitu besok saya bawa tas kresek besar untuk membungkus tas dan sepatu agar tidak basah semuanya”

 Pak Guru : “Good Job….. Anak pinter, silahkan lanjutkan masuk ke kelas”.


Percakapan kecil seperti ini adalah contoh kecil praktik coaching antara guru dan siswa agar siswa bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. 


Penyambutan pagi ini lebih dari sekadar rutinitas. Ini adalah fondasi emosional dan sosial yang dibangun setiap hari, menanamkan rasa memiliki, disiplin, dan etika melalui ketulusan Bapak dan Ibu Guru. Sekolah ini tidak hanya mencetak siswa cerdas, tapi juga pribadi yang berbudi pekerti luhur.

Komentar

Tampilkan