Iklan

Suzuki Merespons Mobil Listrik Murah: Kami Menyediakan Ketahanan Tinggi

Tuesday, November 25, 2025, 1:33 PM WIB Last Updated 2025-11-26T06:49:55Z

Pasar otomotif Indonesia semakin panas berkat kehadiran sejumlah mobil listrik murah. Mulai dari Wuling Air EV, diikuti BYD Atto 1, hingga Changan Lumin yang diluncurkan dalam Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2025.

Terkait hal ini, Direktur Penjualan dan Pemasaran 4W PT SIS, Donny Saputra tidak menyangkal bahwa mobil listrik dalam formatmobil kotadan dengan harga terjangkau mendapat perhatian lebih di kota-kota besar seperti Jakarta.

"Konsumen kami dari Sabang hingga Merauke, kebetulan untukmasuk rendahKami memiliki Spresso. Kami tidak hanya melayani pelanggan di kota-kota besar, tetapi juga kota-kota kecil yang saat ini infrastrukturnya belum siap," buka Donny di GJAW 2025, ICE BSD, Tangerang belum lama ini.

Menurutnya, Spresso turut mengisi celah harga tersebut dengan menawarkan praktikalitas dan perawatan yang berkelanjutan. Luasnya demografi Indonesia juga menjadi alasan mengapa mobil dengan mesin konvensional masih cukup baik.

"Kami melihat sebenarnya memang ada potensi untuk mobil listrik kecil, tapi kami juga melihat potensi untuk mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine) masih cukup," tambahnya.

Strategi Suzuki saat ini adalah menyediakan berbagai pilihan sistem penggerak, mulai dari mesin bensin (ICE) hingga fitur tambahan Integrated Starter Generator (ISG). Sistem ini akan mematikan mesin sementara saat berhenti untuk menghemat bahan bakar.

Kami mulai dengan sedikit berjenjang. Adatitik langkah"dari Spresso dengan ISG, naik ke yang lebih tinggi seperti Ertiga dan XL7, kemudian Fronx, dan Grand Vitara dengan hybrid," jelasnya.

Beragam produk Suzuki di Indonesia telah diintegrasikan dengan elektrifikasi, terutama dengan sistemmild-hybridberjudul Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS). Menurut Donny, teknologi ini lebih terjangkau dan purna jual yang lebih mudah serta murah ketika terjadi kerusakan.

Lebih dari itu, pola konsumen di Indonesia cenderung menyimpan mobil untuk periode waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, mobil ICE dirasa cocok untuk penggunaan jangka panjang.

"Di negara-negara lain mungkin ada batas usia kendaraan atau batas penggunaan maksimal atau emisi. Namun, di Indonesia sedikit berbeda. Kendaraan berusia 20 tahun atau lebih masih banyak. Termasuk yang produksi tahun 90-an maupun awal 2000-an," katanya.

"Jadi, kebutuhan akan daya tahan ini masih menjadi pertimbangan kami, bagaimana teknologi memperhatikan daya tahan serta kemudahan dan keterjangkauan dalam perawatan," tambahnya.

Komentar

Tampilkan