Jakarta, Newsindonesia - Nepal tengah memasuki babak baru transisi politik setelah pengunduran diri Perdana Menteri K.P. Sharma Oli pada 9 September lalu.
Di tengah kekosongan kepemimpinan, mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal, Sushila Karki, muncul sebagai figur yang paling banyak mendapat dukungan untuk menjabat sebagai perdana menteri sementara.
Gerakan demonstrasi besar-besaran yang dipimpin kaum muda, terutama kelompok Gen-Z protest movement, secara resmi menyatakan preferensi mereka agar Karki memimpin pemerintahan transisi.
Dukungan ini muncul karena rekam jejak Karki yang dikenal bersih, independen, serta konsisten melawan praktik korupsi.
Sejumlah analis politik Nepal menyebut, dukungan kuat dari publik dan kelompok sipil menjadikan nama Karki sebagai pilihan paling kredibel untuk meredakan ketegangan politik sekaligus memulihkan stabilitas nasional.
“Figur seperti Sushila Karki memiliki keunggulan moral yang dibutuhkan untuk mengawal transisi yang adil,” tulis laporan The New Indian Express.
Meski demikian, hingga Kamis (11/9), Presiden Nepal bersama parlemen belum mengumumkan secara resmi pengangkatan Karki.
Proses politik dan hukum masih berlangsung, mengingat Nepal berada dalam status darurat menyusul kerusuhan yang pecah awal bulan ini.
Jika resmi ditetapkan, Karki akan menjadi perempuan pertama yang memimpin Nepal sebagai perdana menteri sementara, menandai langkah bersejarah dalam perjalanan demokrasi negara Himalaya tersebut. (Dik_ar)
Kredit foto: India Today
