Banjir yang menimpa berbagai wilayah di Indonesia menyisakan pekerjaan berat setelah air surut, salah satunya adalah pembersihan rumah yang dipenuhi lumpur, kotoran, dan air campuran limbah. Pemutih sering dipilih karena dianggap mampu membunuh bakteri. Namun penggunaannya yang berlebihan justru dapat merugikan kesehatan.
Pembersih rumah tangga biasanya mengandungsodium hypochlorite, bahan kimia kuat yang memang efisien sebagai zat pembunuh kuman. Namun, tanpa sirkulasi udara yang cukup, dosis yang tepat, atau perlindungan diri yang memadai, uap dan sisaannya dapat merusak mata, kulit, serta saluran pernapasan. Pada kondisi pasca banjir, ketika orang bekerja terburu-buru, lelah, dan lingkungan penuh kotoran, risiko paparan meningkat secara signifikan.
Bahaya penggunaan pencerah berlebihan setelah banjir
Penggunaan bahan pemutih dalam jumlah besar atau konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, antara lain:
Iritasi dan luka akibat bahan kimia pada kulit serta mata
Pengenceran yang tidak tepat bisa menyebabkan iritasi pada kulit, kemerahan, atau bahkan luka bakar kimia (chemical burn). WHO menyatakan bahwa pembersih harus diencerkan dengan benar sebelum digunakan untuk keperluan pembersihan rumah.
Kerusakan saluran napas
Uap pembersih dapat memicu batuk, sesak napas, dan iritasi pada saluran pernapasan. Pemaparan uap klorin bisa memperparah kondisi asma atau menyebabkan gangguan pernapasan mendadak.
Risiko yang lebih tinggi terjadi ketika pemutih dicampur dengan bahan lain
Kesalahan yang sering terjadi setelah banjir adalah menggabungkan pemutih dengan deterjen, karbol, atau pembersih lain yang mengandung amonia. Reaksi kimia yang terjadi dapat menghasilkan gas kloramin atau klorin, yang berbahaya jika dihirup. Tidak diperbolehkan mencampurkan pemutih dengan produk rumah tangga lain, terutama yang bersifat asam (seperti pembersih toilet, lantai, atau keramik) atau mengandung amonia.
Paparan berulang memperparah keluhan
Membersihkan rumah setelah banjir dapat memakan waktu berjam-jam hingga beberapa hari. Paparan yang sering terhadap uap pembersih meningkatkan kemungkinan iritasi kronis pada saluran pernapasan dan tenggorokan. Penelitian menunjukkan bahwa paparan lama terhadap pembersih berbasis klorin dapat memperbesar risiko asma serta menurunkan fungsi paru-paru.
Siapa saja yang rentan?
Meskipun siapa pun bisa mengalami dampak negatif, beberapa kelompok memiliki risiko yang lebih tinggi, misalnya:
Anak-anak, karena paru-paru masih dalam proses perkembangan dan lebih rentan terhadap uap zat kimia.
Lansia, khususnya mereka yang mengidap penyakit pernapasan atau jantung.
Perempuan yang sedang mengandung, akibat iritasi parah dan paparan bahan kimia dapat meningkatkan kemungkinan gangguan pernapasan.
Seseorang yang menderita asma atau alergi, yang dapat mengalami perburukan kondisi atau serangan mendadak.
Pekerja atau relawan pasca-banjir yang terpapar bahan pemutih dalam jangka waktu lama dan sering bekerja di ruangan dengan ventilasi tidak memadai.
Kelompok yang rentan memerlukan perlindungan tambahan ketika menghadapi bahan pembersih berbahan kimia.
Cara meminimalkan risiko
Berikut langkah-langkah yang perlu diambil saat membersihkan rumah menggunakan pemutih setelah terjadi banjir:
Gunakan dosis pembersih yang tepat
Untuk kebersihan rumah setelah banjir, larutan pemutih 0,1% biasanya direkomendasikan untuk membersihkan permukaan di dalam rumah.
Campuran: 20 ml pembersih dengan konsentrasi 5% + 1 liter air (sesuaikan tingkat kepekatan sesuai dengan produk yang digunakan).
Buka semua jendela dan pintu, sirkulasi udara sangat penting
Sirkulasi udara yang tidak baik memperbesar kemungkinan iritasi paru-paru dan keracunan uap.
Jangan pernah menggabungkan pembersih dengan produk lain
Terutama amonia, kaporik, pembersih toilet, atau sabun cuci yang kuat.
Gunakan alat pelindung diri yang sederhana
Sarung tangan karet, masker, kacamata pengaman, serta pakaian lengan panjang sangat berguna dalam menghindari iritasi.
Bilas permukaan setelah disinfeksi
Tujuannya adalah agar sisa bahan pemutih tidak menempel pada kulit atau terhirup setelah mengering.
Jauhkan dari anak-anak, hewan, dan individu yang rentan
Simpan di dalam wadah yang tertutup, hindari paparan panas, dan jangan biarkan anak berada di area pembersihan.
Berhenti menggunakan jika muncul tanda-tanda
Jika muncul rasa sesak, batuk parah, pusing, atau iritasi pada mata, segera tinggalkan ruangan, hirup udara segar, dan carilah pertolongan medis jika gejala tidak membaik.
Setelah banjir, tentu kamu menginginkan rumah segera bersih dan aman. Namun, penggunaan bahan pembersih yang berlebihan bisa menimbulkan masalah kesehatan baru, terutama bagi mereka yang telah kehilangan banyak akibat bencana. Bersihkan dengan bijak, yaitu dengan menggunakan takaran yang sesuai, ventilasi yang memadai, serta perlindungan diri dapat membuat proses pemulihan menjadi lebih aman.
Referensi
Bencana Meningkatkan Risiko Serangan Jantung, Bagaimana Hubungannya? Apakah Banjir Bisa Menyebabkan Tetanus? Ini Fakta yang Perlu Diketahui Infeksi Jamur Setelah Banjir: Ancaman Tersembunyi bagi Pengungsi"Alat Pembersih untuk Kebutuhan Rumah Tangga (PDF)." Badan POM RI. Diakses pada Desember 2025.
"Pembersihan dan disinfeksi permukaan lingkungan dalam konteks COVID-19." Organisasi Kesehatan Dunia. Diakses Desember 2025.
"Klorin." CDC. Diakses Desember 2025.
"Penggunaan Klorin untuk Pembersihan dan Disinfeksi." Diakses Desember 2025.
Olia Archangelidi dkk., “Produk Pembersih dan Kesehatan Pernapasan pada Pekerja Bersih-bersih: Tinjauan Sistematis dan Meta-analisis,”Occupational and Environmental Medicine78, nomor 8 (24 November 2020): 604–17,https://doi.org/10.1136/oemed-2020-106776.
