Ponorogo, Newsndonesia - Di tengah derasnya arus modernisasi dan berkurangnya kepedulian terhadap lingkungan, sebuah kelompok pemuda di Ponorogo justru tampil membawa angin segar. Mereka adalah KPA Gempa Adventure (Generasi Merah Putih Peduli Alam), sebuah kelompok pecinta alam yang berdiri sejak 14 Februari 2005 dengan semangat cinta lingkungan dan semangat kebangsaan.
Didirikan oleh Rr Rina Ummu Hani Assalimah, Titik Munawaroh, dan Alif Sefti Marantiu, KPA Gempa Adventure lahir dari keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan dan kehutanan.
Kini, organisasi ini dibina langsung oleh Kodim 0802 Ponorogo serta mendapatkan dukungan dari BBKSDA Jawa Timur, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, dan Perum Perhutani.
Dengan anggota aktif mencapai lebih dari 70 orang — sepertiganya adalah perempuan — KPA Gempa Adventure aktif mengadakan pertemuan rutin, baik internal maupun dengan instansi terkait.
Ini menunjukkan bahwa kelompok ini tidak hanya eksis, tapi juga profesional dalam pengelolaannya.
Aktivitas mereka sangat beragam dan sarat makna. KPA Gempa Adventure secara rutin menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan hidup melalui siaran podcast yang ditayangkan langsung di RRI.
Mereka juga aktif memanfaatkan media sosial sebagai ruang edukatif yang menyentuh generasi muda. Keterlibatan mereka dalam dunia pendidikan lingkungan terlihat jelas dari peran sebagai pendamping Sekolah Alam Adiwiyata, serta pengelola Sekolah Alam Cah Mbolang.
Tak berhenti sampai di situ, mereka juga menggagas lahirnya dua kawasan konservasi mini yang kini menjadi ikon edukasi dan pelestarian alam di Ponorogo, yaitu Arboretum Gunung Beruk dan Arboretum Gunung Mencil.
Pengakuan terhadap kompetensi mereka semakin terlihat ketika dipercaya menjadi tim penilai Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan-kegiatan tersebut bukanlah simbolik belaka. KPA Gempa Adventure telah melahirkan kader-kader muda yang peduli dan aktif dalam isu konservasi.
Komunitas ini berhasil menginspirasi terbentuknya kelompok-kelompok pecinta alam baru di wilayah lain. Bahkan, melalui program penghijauan di sekitar mata air dan lahan kritis, mereka turut berkontribusi dalam memperbaiki tutupan lahan yang rusak.
Gerakan mereka bukan hanya merawat alam, tapi juga membangkitkan kesadaran kolektif di tengah masyarakat bahwa lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Selain mengabdi untuk alam, mereka juga mengembangkan kemandirian ekonomi dengan menjadikan potensi lokal sebagai sumber penghidupan.
Di Kecamatan Ngrayun, mereka menjalankan usaha ternak kambing berbasis sistem bagi hasil bersama mitra warga.
Di bidang pertanian herbal, mereka membuat persemaian empon-empon seperti jahe, kunyit, dan temu lawak untuk mendukung program Toga (Taman Obat Keluarga).
Produk-produk olahan seperti wedang tempo doeloe, teh kelor, teh bidara, jahe instan, dan wedang uwuh menjadi bukti bahwa kegiatan konservasi bisa sejalan dengan pengembangan ekonomi masyarakat.
Produk ini dipasarkan baik secara daring maupun luring, menjangkau pasar lokal dan luar daerah.
Semua kiprah dan dedikasi itu berbuah pengakuan dalam berbagai ajang bergengsi. Gempa Adventure pernah meraih, KPA TERBAIK I SE INDONESIA.
Mereka juga pernah memperoleh Penghargaan juara 2 se-Jatim dari PFLH. Disusul juara 1 KOMUNITAS penggiat Alam TERBAIK se-Jawa Timur.
Pernah pula menerima penghargaan Penyuluh kehutanan swadaya Masyarakat terbaik nomor 1 se-Jawa Timur.
Namun, prestasi terbesar mereka bukan sekadar trofi, melainkan dampak nyata di lapangan—pada alam yang lebih lestari dan generasi muda yang lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.
KPA Gempa Adventure adalah kisah tentang semangat yang tak padam. Tentang anak-anak muda yang tak ingin hanya jadi penonton dari rusaknya bumi.
Mereka memilih bertindak, bergerak, dan mengajak orang lain untuk ikut peduli. Dalam setiap gerak dan langkah mereka, tersimpan harapan bahwa kelestarian alam bukan hanya mungkin, tapi harus diperjuangkan bersama.
Mari dukung dan sebarkan semangat mereka karena bumi tak butuh banyak bicara, tapi aksi nyata. (Dik_ar)



