Iklan

Dampak Perubahan Iklim, Hama Belalang Jadi Lebih Sering Rusak Tanaman

Tuesday, February 20, 2024, 2:55 PM WIB Last Updated 2025-08-19T04:17:42Z

Perubahan iklim menimbulkan berbagai dampak serius bagi bumi kita. Sebuah riset menunjukkan bahwa curah hujan intens dan angin yang terkait dengan perubahan iklim dapat memicu peningkatan frekuensi dan penyebaran luas hama belalang di wilayah-wilayah krusial di seluruh dunia.

Studi terbaru ini mengungkapkan bahwa jumlah belalang yang rakus dan merugikan tanaman dapat meningkat hingga 25 persen akibat perubahan iklim. Publikasi riset ini di jurnal Science Advances adalah yang pertama kali menunjukkan keterkaitan erat antara kawanan belalang berskala besar dan pola cuaca tertentu. Diketahui bahwa satu kawanan belalang bisa terdiri dari puluhan juta serangga dan dapat menyebar di wilayah seluas 2.400 kilometer persegi. Kawanan ini secara khusus dapat muncul di wilayah seperti Afrika Utara, sebagian Timur Tengah, dan Asia, mengancam ribuan hektar lahan pertanian dan menghilangkan sumber pangan yang cukup untuk 35.000 orang.



Menurut peneliti, pemahaman terhadap pemicu kejadian ini dapat membantu petani dalam memprediksi dan menghindari dampak bencana. Meskipun demikian, para peneliti masih menghadapi kesulitan untuk menentukan penyebab pasti. Untuk mengidentifikasinya, mereka menganalisis data besar dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), melacak wabah belalang di 36 negara selama periode 35 tahun antara 1985 dan 2020.

Tim peneliti menggabungkan informasi ini dengan data meteorologi, seperti suhu, kecepatan angin, dan curah hujan, dan menemukan hubungan yang kuat antara keberadaan belalang dan kondisi iklim. Salah satu teori menyebutkan bahwa telur belalang yang diletakkan dalam tanah memerlukan tingkat kelembapan tinggi untuk berkembang dan menetas. Hujan deras juga meningkatkan pertumbuhan tanaman, menjadi sumber makanan bagi anak belalang yang kemudian berkembang dan tersebar dalam kawanan. Angin kencang membantu membawa kawanan belalang ke tempat-tempat baru sebagai hama.

Dampak perubahan iklim yang diteliti memberikan gambaran yang mengkhawatirkan mengenai masa depan. Para peneliti membuat model skenario perubahan iklim yang beragam antara tahun 2065 dan 2100, menunjukkan bahwa bahkan dalam skenario mitigasi dengan pengurangan emisi karbon drastis, masih akan terjadi peningkatan setidaknya 5 persen pada habitat belalang. Dalam skenario iklim normal, pertumbuhan populasi belalang dapat mendorong mereka ke wilayah baru yang belum dihuni.

Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami sifat hama belalang yang saling berhubungan untuk dapat memprediksi mereka lebih baik. Hal ini dapat membantu pengembangan sistem peringatan dini, memungkinkan para petani untuk lebih siap menghadapi serangan belalang, seperti dengan melakukan panen lebih awal, menyimpan makanan, atau menggunakan jaring anti belalang.

Komentar

Tampilkan